Minggu, 17 Juli 2011

Keutamaan Bulan Syakban

A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Wash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin

‘Ha Mim! Demi kitab (Al-Qur'an) yang menjelaskan (kebenaran).Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kamilah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah. Yaitu urusan yang besar dari sisi Kami, sesungguhnya Kami adalah yang mengutus rasul-rasul.’ [QS 44:1-5]
Menurut sebagian besar ulama ayat di atas dapat merujuk pada Malam Kemuliaan (Laylat al-Qadr) atau Malam Pertengahan bulan Syakban (Laylat nisfi Sya`ban). Apapun penafsiran kita tentang malam tersebut, yang jelas malam itu sangat penting untuk diperingati oleh umat Muslim di seluruh dunia.
Lebih lanjut para ulama juga mengatakan bahwa Rasulullah SAW telah menyebutkannya dalam banyak hadis dan para sahabat telah memperingatinya dan Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur’an, “Ha Mim, wal-kitab al-mubiin, inna anzalnaahu fii laylatin mubarakatin inna kunna mundziriin.”—Ha Mim! Demi kitab (Al-Qur’an) yang menjelaskan (kebenaran). Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kamilah yang memberi peringatan.”
Penjelasan yang sama juga diutarakan oleh Imam al-Suyuthi dalam kitabal-Jalalayn, ‘malam itu bisa merujuk pada Laylat al-Qadr atau bisa jugaLaylat nisfi Sya`ban.’
Menurut Hasan al-Basri QS yang merupakan ulama sekaligus sufi besar dalam Islam, ”Tiga puluh orang sahabat Rasulullah SAW berkata bahwa barang siapa yang melakukan salat 100 rakaat, Allah SWT akan mengamatinya sebanyak 70 kali dan dalam setiap pengamatan-Nya itu, Allah SWT mengirimkan rahmat dan berkah kepadanya serta menghilangkan 70 kesulitan daripadanya.”
[Ingat bahwa Imam Hasan al-Basri QS] merupakan seorang Tabi’in(salah satu pengikut sahabat-sahabat Rasulullah SAW), yang meriwayatkan keterangan ini dari 30 orang sahabat.
Sayyidina Ali RA, KW menganjurkan untuk melakukan banyak ibadah pada malam ke-15 bulan Syakban dan melakukan puasa pada siang harinya.
Betapa istimewanya malam tersebut sehingga saya mengkhususkan Jumat ini untuk membicarakannya, namun demikian saya ingin mengesampingkan dulu hal itu dan mengingatkan kepada yang hadir dan mendengarkan saya di sini, juga kepada umat Muslim di seluruh dunia, bahwa bulan Syakban, bulannya rasul dan Ramadan, bulan penuh rahmat, bulannya umat akan datang dalam waktu yang tidak lama sekitar 2 minggu lagi. Dan sampai sekarang kita masih melihat saudara kita yang mengungsi (terusir) dari rumah dan negrinya sendiri. Mereka hidup di antara pepohonan, ditutupi salju, tidak punya makanan dan tempat tinggal. Dan lebih buruk lagi, mereka dalam keadaan sekarat.250.000 warga Chechnya terpaksa tinggal di daerah perbatasan dengan tetangganya, Ingushetia dalam keadaan yang menyedihkan.
[Meskipun demikian] kita tidak pernah mendengar seorang pemimpin bangsa Arab yang berbicara sepatah kata pun hingga kini.
Ini adalah sebuah konspirasi menentang kaum Muslim. Di mana para pemimpin bangsa Arab, apa yang mereka lakukan di istana mereka? Apa yang mereka lakukan dengan anak dan istri mereka? Di mana mereka menghabiskan uangnya, di mana mereka mengirimkan anaknya untuk sekolah? Apakah tidak lebih baik untuk meninjau 5.000 orang pengungsiChechnya yang harus keluar dari negrinya setiap harinya? Dan kalian akan melihat antrian sepanjang 7 kilometer di perbatasan ke Ingusethia dan 4.000 orang melewati Chechnya setiap harinya.
Mengapa kasus Timor Timur mendapat respons yang begitu cepat?Mengapa mereka mendapatkan haknya mendapatkan bantuan kemanusiaan, tetapi warga Chechnya tidak? Begitu juga Kashmir.Mengapa tidak ada perdamaian di Timur Tengah? Mengapa tidak ada dukungan untuk umat muslim di seluruh dunia?
Kita harus memberi dukungan kepada umat Muslim yang berjumlah 1,5 milyar di seluruh dunia. Kalian tidak bisa melemparkan saudara-saudara kita itu ke laut. Jika jumlah pemimpin dan pemerintah tidak cukup untuk memelihara umat Muslim yang berjumlah 1,5 milyar, maka Allah SWT-lah yang akan memelihara mereka, sebab Allah SWT-lah yang melestarikan agama ini. Siapapun yang mendukung umat Islam, akan mendapat balasan surga. Sebaliknya siapapun yang menentangnya tidak akan mendapat balasan surga, apapun yang mereka lakukan.
Langkah apapun yang dilakukan pemerintah yang tidak mendukung umat Islam, tidak akan diridai Allah SWT dan Allah SWT yang akan membantu umat Islam secara langsung.
Wahai para pemimpin dan kaum Muslimin, berikanlah dukungan kepada para pengungsi di perbatasan yang hidup menderita. Jangan tunda lagi,sampai bertahun-tahun seperti di Bosnia atau setelah 17 bulan di Kosovo.Masalah Chechnya telah dimulai sejak bulan Agustus dan belum ada seorang pun yang bangkit.
Kita memohon bantuan dari surga. Ketika Abrahah datang untuk menghancurkan Kakbah, kakek Rasulullah SAW, Abdul Muth-thallib RA berkata, “Sesungguhnya ada Tuhan Pemilik Rumah yang menjaganya.”—“inna lil-bayti Rabbun yahmih.” Kita berkata kepada umat Muslim, “Sesungguhnya ada Tuhan yang melindungi umat Islam”, kita tidak membutuhkan manusia. Allah SWT akan memberi kita akhirat, Hari Kemudian yang lebih baik dari dunya, kehidupan di dunia ini.
Jangan biarkan malam ke-15 Syakban datang tanpa memikirkan saudara kita di Chechnya, begitu banyak penyakit yang diderita, demam. Sudah 300.000 orang dari 1,2 juta penduduk Chechnya yang tewas. Dan tidak ada satu pun pemimpin Muslim yang berkata apapun [tentang perang yang telah terjadi].
Presiden Chechnya yang semula akan bertemu para pemimpin UAE akhirnya di menit-menit akhir pertemuannya dibatalkan. Mengapa?Rencana bertemu pemimpin Pakistan juga akhirnya kandas di menit-menit akhir, begitu pula dengan rencana pertemuan dengan sejumlah negara di Timur Tengah, akhirnya semuanya dibatalkan.
Ada apa dengan mentalitas Muslim? Apakah mereka mengikuti Allah SWT atau yang selain Allah SWT? Apakah mereka mentaati para pemimpinnya atau Pemimpin Alam Semesta, Sang Maha Pencipta?
Jangan biarkan saudara-saudara kalian jatuh di dunia ini. Bantulah mereka, berikanlah dukungan terhadap agama Allah SWT selama hidup kalian. Sebab kalau tidak, kalian akan mendapat shaqawa, kesulitan di dunia dan hari kemudian.
Kita menemukan dalam kitab Barak bahwa pada malam Nisfu Syakban, semua ciptaan di dunia ini, termasuk bangsa jin, binatang buas dan hewan di lautan, semuanya berpuasa di siang harinya.
Salah seorang ulama mengatakan, bahwa bulan Syakban terdiri atas 5 huruf, yaitu:
  1. Syiin, melambangkan syanab, kehormatan
  2. Al ‘ayn, melambangkan ‘uluw, diangkat dan diberi kehormatan
  3. Ba, melambangkan birr, kebenaran
  4. Alif melambangkan ulfa, kekeluargaan
  5. Nun, melambangkan nur, cahaya
Ini adalah anugerah dari Allah SWT kepada semua hamba-Nya di malam ini. Wahai para pemimpin dan umat Muslim di seluruh dunia, bulan ini adalah bulan kehormatan, syanab‘uluw, diangkat; bulan birr, kebenaran; bulan nur, cahaya dan bulan ulfa, kekeluargaan; jadi di mana kehormatan kalian? Di mana kehormatan kalian ketika umat Muslim direndahkan? Di mana rasa kekeluargaan kalian terhadap saudara kalian yang lain yang kalian tinggalkan, kalian campakkan, dan tidak dibantu dengan kekayaan kalian?
Memang benar kalian telah menghabiskan jutaan dolar untuk masjid, sebut saja 10, 20 juta dolar untuk menghiasinya dengan kubah dan menara, namun di saat yang sama kalian juga melupakan umat Muslim di seluruh dunia! Kalian menjual subjek, kalian berkonspirasi menentang umat kalian. Dari sebagian besar pemimpin Muslim, mana yang saleh?Apakah bisa dibilang saleh dengan memiliki PorscheFerrari, wanita-wanita, kuda-kuda dan sejumlah istana? [Apakah bisa dibilang saleh untuk] bangga dengan memiliki kuda seharga 10 juta dolar? Itulah kebanggaan mereka. Padahal itu bukanlah suatu kebanggaan, karena Allah SWT tidak akan menilainya. Kebanggaan ada dalam agama, yaitu dengan membantu saudara-saudari kalian. Mereka memiliki pacuan kuda di London, puas dengan kuda-kuda mereka yang masing-masing bernilai 10 juta dolar. Adakah di antara kalian yang berkata, saya telah menyumbangkan 15 juta dolar untuk Chechnya, atau Bosnia, Kosovo dan Palestina atau untuk menghilangkan kesedihan umat muslim di seluruh dunia?
Lihatlah mereka di TV setiap hari. Mereka hanya menyiarkan pacuan kuda, reli mobil, dan lainnya di mana mereka menghabiskan jutaan dolar!Coba perhatikan iklan apa yang terpampang di arena reli mobil mereka?Rokok Marlboro! Di arena pacuan kuda, tidak ada bedanya. Tidak ada ayat-ayat Alquran di sana. Namun ketika tiba waktunya untuk menghiasi masjid, mereka keberatan, “Tidak, ini haram!” kata mereka.
Allah SWT tidak akan menghitung hasanat (ganjaran) dengan uang kalian, tetapi dengan amal kalian (perbuatan baik). Malam yang disebutlaylat al bara’ah adalah malam pengampunan. Jangan lewatkan malam tersebut tanpa memohon pengampunan dari Allah SWT.
Ka’b al-Ahbar RA berkata, “Pada malam ke-15 Syakban Allah SWT telah mengutus Jibril AS untuk datang ke surga, lalu Jibril AS meyuruh surga untuk menghiasi dirinya dan mengumumkan kepada surga bahwa pada malam itu Allah SWT telah mengharamkan api neraka kepada sejumlah orang sebanyak jumlah bintang di langit.”
Berapa banyak bintang di sana? Milyar dan milyaran! Hal ini berarti Dia memaafkan setiap malam dari nisfu Sya’ban. Juga diriwayatkan bahwa sebanyak hitungan hari di dunia [sejak mulai ada] Dia membebaskan orang dari neraka, baik siang maupun malam harinya.
Wahai umat muslim! [Berkat dari] Laylat al nisfi min Sya’ban telah banyak diriwayatkan kepada kita dari berbagai sumber. Sangat dianjurkan untuk salat 100 rakaat (Syekh ‘Abdul Qadir Jilani QS menyebutnya Salat Khayr, penerj.), tiap rakaat membaca surat al-Fatihah dan 10 kali “Qul Huu Allahu ahad”. Untuk menyelesaikan salatnya seseorang harus membaca 1.000 kali surat al-Ikhlash. Sebagaimana orang lain memperingatinya, perlu juga bagi kalian untuk memperingatinya. Dan bagi siapa yang sanggup untuk mengundang orang lain untuk memperingatinya, memberikan makanan kepada mereka pada malam itu dan untuk berzikir mengingat Allah SWT dan Rasulullah SAW, dan untuk berpuasa di siang harinya dan salat di malam harinya, akan diberi ganjaran atas keistimewaan malam itu dan juga atas semua yang hadir.
Alhamdulillah hamd al-kamiliin was-salat was-salaam ‘ala Sayiddina Muhammadi wa ‘ala alihi…

Virtue Month Sha'ban

A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajeemBismillaahir rahmaanir raheemWash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa Nabiyyina Muhammadin wa wa' alaa wa aalihi Shahbihi ajma'iin
'Ha Mim! For the sake of the book (Quran) which describes the (truth). Verily, We have it down on a blessed night and actually we who gave the warning. On the night that explained all the affairs of the full wisdom. That is a big deal from Us, We are the one who sent the apostles. "[Sura 44:1-5]
According to most scholars in the above paragraph can refer to Glory Night (Laylat al-Qadr) or the Mid-Sha'ban Night (Laylat nisfi Sya `ban). Whatever our interpretation of the evening, a clear night it is very important to be observed by Muslims throughout the world.
Furthermore, the scholars also said that the Prophet Muhammad has been mentioned in many traditions and their friends had warned her and Allah Almighty says in the Qur'an, "Ha Mim, wal-book of al-mubiin, FII anzalnaahu inna inna kunna laylatin mubarakatin mundziriin . '- "Ha Mim! For the sake of the book (Quran) which describes the (truth). Verily, We have it down on a blessed night and actually we who gave the warning. "
The same explanation is also stated by Imam al-Suyuti in kitabal-Jalalayn, "that evening can be refer to the Laylat al-Qadr, or can jugaLaylat nisfi Sya` ban. "
According to Hasan al-Basri QS which is at once the great Sufi scholar in Islam, "Thirty-one companions Prophet Muhammad said that whoever prayed one hundred rak, Allah would watch as much as 70 times and in every observations of His, the Almighty sent grace and blessing to him and eliminate the 70 difficulty thereof. "
[Remember that Imam Hasan al-Basri QS] is a Tabi (one of the followers of the friends of the Prophet Muhammad), who reported this information from 30 people friendly.
Sayyidina Ali RA, KW recommend to do a lot of worship on the night of the 15th month of Sha'ban and fasting during the day.
How special the night so that I specialize this Friday to talk about it, however, I first want to override it and remind the present and listen to me here, also to Muslims worldwide, that the month of Sha'ban, Ramadan month and the apostles, the full moon Mercy, the month the people will come in the not too distant about 2 weeks. And until now we still see our brothers who were displaced (displaced) from home and negrinya own. They live among the trees, covered with snow, had no food and shelter. And worse, they are in a state sekarat.250.000 Chechens were forced to live in the border areas with neighboring Ingushetia in a sad state.
[However] we have never heard a leader of Arabs who spoke a word until now.
This is a conspiracy against Muslims. Where are the leaders of Arab nations, what they do in their palaces? What did they do with their wives and children? Where they spend their money, where they send their children to school? Is it not better to review the 5,000 people who have come out of pengungsiChechnya negrinya every day? And you'll see a queue along the 7 kilometers at the border to Ingusethia and 4,000 people pass through Chechnya every day.
Why the East Timor case received such a quick response? Why do they get their right to get humanitarian aid, but the Chechens did not? Likewise Kashmir.Mengapa no peace in the Middle East? Why no support for Muslims across the world?
We must give support to the Muslims, amounting to 1.5 billion worldwide. You can not throw our brethren in the sea. If the number of leaders and governments are not sufficient to maintain the Muslims, amounting to 1.5 billion, it is Allah who will maintain them, for Allah who preserve this religion. Anyone who supports Muslims, will reap the rewards of heaven. Instead anyone who opposed it will not reap the rewards of heaven, whatever they do.
Any steps taken by the government that does not support the Muslims, will not be pleasing to Allah and Allah SWT will help the Muslims directly.
O and the Muslim leaders, give support to the refugees at the border who suffer. Without further delay, until the years such as in Bosnia or after 17 months in Kosovo.Masalah Chechnya began in August and no one has risen.
We beg help from heaven. When Abraha came to destroy the Ka'ba, the Prophet Muhammad's grandfather, Abdul-thallib RA Muth said, "Surely there is the Lord of the guard house." - "Inna lil-bayti Rabbun yahmih." We say to Muslims, "Surely there is a God who protects Muslims ", we do not need a man. Allah will give us the afterlife, the Hereafter is better than dunya, life in this world.
Do not let the night of 15th Sha'ban comes without thinking of our brothers in Chechnya, so much the illness, fever. Already 300,000 people from 1.2 million residents of Chechnya who was killed. And not a single Muslim leader who said anything [about the war that had happened].
Chechen president who was originally going to meet UAE leaders finally in the final minutes of the meeting was canceled. Why? Plan meet the leader of Pakistan also eventually foundered in the last minute, as well as plan a meeting with a number of countries in the Middle East, eventually all of them canceled.
What's wrong with the mentality of Muslims? Do they follow Allah or that besides Allah? Do they obey their leaders or leaders of the Universe, the Creator?
Do not let your brothers fall in the world. Help them, give support to the religion of Allah Almighty for your life. Because if not, you will get shaqawa, trouble in the world and days later.
We find in the book Barak that on the night of Sha'ban Nisfu, all creatures in the world, including the jinn, wild animals and animals in the ocean, everything is fast during the day.
One cleric said that the month of Sha'ban consists of five letters, namely:

    
Syiin, symbolizing syanab, honor
    
Al 'ayn, symbolizing' uluw, was appointed and given the honorary
    
Ba, symbolizes the birr, the truth
    
Alif represents Ulfa, familial
    
Nun, symbolizing nur, light
This is a gift from Allah to all His servants in this evening. O leaders and Muslims worldwide, this month is the month honor, syanab; 'uluw, appointed; months birr, the truth; nur month, Ulfa and the moon light, familial; so where is your honor? Where's your honor when Muslims demeaned? Where the sense of family you against the other sisters that you left, you chuck it, and are not helped with your wealth?
It is true that you have spent millions of dollars to the mosque, say 10, 20 million dollars to decorate the dome and minarets, but at the same time you also forget the Muslims around the world! You sell the subject, you conspire against your people. From most of the Muslim leaders, where the pious? Is practically pious with a Porsche, Ferrari, women, horses and a number of palaces? [What is arguably the pious to] be proud to own a horse worth 10 million dollars? That is their pride. Though it is not a pride, because Allah will not judge. Pride in religion, that is by helping your brothers and sisters. They have a horse race in London, are satisfied with their horses, each worth 10 million dollars. Can any of you who say, I've donated 15 million dollars for Chechnya, or Bosnia, Kosovo and Palestine, or to eliminate the sadness Muslims around the world?
Look at them on TV every day. They only broadcast horse racing, rally cars, and others where they spend millions of dollars! Consider what ads plastered on their car rally arena? Marlboro Cigarettes! On the racetrack, it makes no difference. There is no Quranic verses in there. But when it came time to decorate the mosque, they objected, "No, this is forbidden," they said.
Allah will not count hasanat (reward) with your money, but with your charity (good deeds). Disebutlaylat al bara'ah night is the night of forgiveness. Do not miss these nights without begging forgiveness from Allah SWT.
Ka'b al-Ahbar RA said, "On the night of 15th Sha'ban Allah sent Gabriel to come to heaven and then Gabriel meyuruh heaven to adorn herself and announced to the paradise that on that night Allah has forbidden the Fire to the number of people as there are stars in the sky. "
How many stars there? Billions and billions! This means He forgives every night of Ramadhan nisfu. Also reported that as many as a matter of days in the world [since starting there] He freed people from hell, day or night.
O Muslims! [Because of] Laylat al nisfi min Sha'ban has been widely reported to us from various sources. Highly recommended for prayer 100 cycles (Shaykh 'Abdul Qadir Jilani QS called Salat Khayr, trans.), Each rak read al-Fatiha and 10 times "Qul Huu Allahu ahad." To complete the prayers one has to read 1,000 times the letter al-Ikhlash. As others warned, it is also necessary for you to commemorate. And for anyone who is able to invite others to commemorate, to give food to them at night and to remember the remembrance of Allah and the Prophet Muhammad, and to fast during the day and pray at night, will be rewarded for that night and also the privilege above all in attendance.
Hamd al-kamiliin Alhamdulillah was-salat was-salaam 'ala Sayiddina Muhammadi wa' ala alihi ...

Jumat, 15 Juli 2011

Memperingati Upacara Perayaan Malam Nifsu Syaban

Segala puji hanyalah bagi Allah, yang telah menyempurnakan agamaNya bagi kita, dan mencukupkan nikmat-Nya kepada kita, semoga shalawat dan salam selalu terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, pengajak ke pintu taubat dan pembawa rahmat. Amma ba’du :
Sesungguhnya Allah subhaanahu wa ta’ala berfirman :
] اليوم أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم الإسلام دينا [.
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah Kuridloi Islam sebagai agama bagimu” (QS. Al Maidah, 3).
] أم لهم شركاء شرعوا لهم من الدين ما لم يأذن به الله ولولا كلمة الفصل لقضي بينهم وإن الظالمين لهم عذاب أليم [.
Apakah mereka mempunyai sesembahan sesembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diridloi Allah ? Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang orang yang dhalim itu akan memperoleh azab yang pedih” (QS. As syuro, 21).
Dari Aisyah, Radliyallahu ‘anhu berkata : bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
" من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد ".
Barang siapa yang mengada adakan sesuatu perbuatan (dalam agama) yang sebelumnya tidak pernah ada, maka tidak akan diterima”.
Dan dalam riwayat imam Muslim, Rasulullah bersabda :
" من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد ".
Barang siapa mengerjakan suatu perbuatan yang belum pernah kami perintahkan, maka ia tertolak”.

Dalam shahih Muslim dari Jabir radhiyallahu ‘anhu ia berkata : bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam salah satu khutbah Jum’at nya :
" أما بعد, فإن خير الحديث كتاب الله، وخير الهدي هدي محمد صلى الله عليه وسلم، وشر الأمور محدثاتها، وكل بدعة ضلالة ".
Amma ba’du : sesungguhnya sebaik baik perkataan adalah Kitab Allah (Al Qur’an), dan sebaik baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, dan sejelek jelek perbuatan (dalam agama) adalah yang diada adakan, dan setiap bid’ah (yang diada-adakan) itu sesat” (HR. Muslim).
Masih banyak lagi hadits hadits yang senada dengan hadits ini, hal mana semuanya menunjukkan dengan jelas, bahwasanya Allah telah menyempurnakan untuk umat ini agamanya, Dia telah mencukupkan nikmatNya bagi mereka, Dia tidak akan mewafatkan Nabi Muhammad kecuali sesudah beliau menyelesaikan tugas penyampaian risalahnya kepada umatnya, dan menjelaskan kepada mereka seluruh syariat Allah, baik melalui ucapan maupun perbuatan.
Beliau menjelaskan bahwa segala sesuatu yang akan diada adakan oleh sekelompok manusia sepeninggalnya dan dinisbatkan kepada ajaran Islam baik berupa ucapan maupun perbuatan, semuanya itu bad’ah yang ditolak, meskipun niatnya baik.
Para Sahabat dan para Ulama mengetahui hal ini, maka mereka mengingkari perbuatan perbuatan bid’ah dan memperingatkan kita dari padanya, hal itu disebutkan oleh mereka yang mengarang tentang penerapan Sunnah dan pengingkaran bid’ah, seperti Ibnu Waddhoh At Thorthusyi dan As Syaamah dan lain lain.
Diantara bid’ah yang biasa dilakukan oleh banyak orang ialah bid’ah mengadakan upacara peringatan malam Nisfu Sya’ban (tanggal 15 sya'ban, red), dan menghususkan pada hari tersebut dengan puasa tertentu, padahal tidak ada satupun dalil yang dapat dijadikan sandaran, ada hadits-hadits yang menerangkan tentang fadlilah malam tersebut, tetapi hadits-hadits tersebut dhoif, sehingga tidak dapat dijadikan landasan, adapun hadits-hadits yang berkenaan dengan sholat pada hari itu adalah maudlu /palsu.
Dalam hal ini, banyak diantara para ulama yang menyebutkan tentang lemahnya hadits-hadits yang berkenaan dengan penghususan puasa dan fadlilah sholat pada hari Nisfu Sya’ban, selanjutnya akan kami sebutkan sebagian dari ucapan mereka.
Pendapat para ahli Syam diantaranya Al Hafidz Ibnu Rajab dalam bukunya “Lathoiful Ma’arif” mengatakan bahwa perayaan malam nisfu sya’ban adalah bid’ah, dan hadits-hadits yang menerangkan keutamaannya semuanya lemah, hadits yang lemah bisa diamalkan dalam ibadah jika asalnya didukung oleh hadits yang shoheh, sedangkan upacara perayaan malam Nisfu Sya’ban tidak ada dasar yang shohih, sehingga tidak bisa didukung dengan dalil hadits-hadits yang dlo’if.
Ibnu Taimiyah telah menyebutkan kaidah ini, dan kami akan menukil pendapat para ulama kepada para pembaca, sehingga masalahnya menjadi jelas. Para ulama telah bersepakat bahwa merupakan suatu keharusan untuk mengembalikan segala apa yang diperselisihkan manusia kepada Kitab Allah (Al-Qur’an) dan sunnah Rasul (Al Hadits), apa saja yang telah digariskan hukumnya oleh keduanya atau salah satu dari padanya, maka wajib diikuti, dan apa saja yang bertentangan dengan keduanya maka harus ditinggalkan, serta segala sesuatu amalan ibadah yang belum pernah disebutkan (dalam Al Qur’an dan As Sunnah) adalah bid’ah, tidak boleh dikerjakan, apalagi mengajak untuk mengerjakannya dan menganggapnya baik.
Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman dalam surat An Nisa’ :
] يا أيها الذين آمنوا أطيعوا الله وأطيعوا الرسول وأولي الأمر منكم فإن تنازعتم في شيء فردوه إلى الله والرسول إن كنتم تؤمنون بالله واليوم الآخر ذلك خير وأحسن تأويلا [
Hai orang orang yang beriman, taatilah Allah, dan taatilah Rasul(Nya), dan Ulil Amri (pemimpin) diantara kamu, kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesutu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (Al Hadits), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu adalah lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya” (QS. An nisa’, 59).
] وما اختلفتم فيه من شيء فحكمه إلى الله ذلكم الله ربي عليه توكلت وإليه أنيب [
Tentang sesuatu apapun kamu berselisih, maka putusannya (terserah) kepada Allah (yang mempunyai sifat sifat demikian), itulah Tuhanku, KepadaNya-lah aku bertawakkal dan kepadaNya-lah aku kembali” (QS. Asy syuro, 10).
] قل إن كنتـم تحـبون الله فاتبعـوني يحببكـم الله ويغفر لكـم ذنوبكـم [.
Katakanlah, jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu ” (QS. Ali Imran, 31).
] فلا وربك لا يؤمنون حتى يحكموك فيما شجر بينهم ثم لا يجدوا في أنفسهم حرجا مما قضيت ويسلم تسليما [.
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu sebagai hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa sesuatu keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya ” (QS. An Nisa’, 65).
Dan masih banyak lagi ayat ayat Al Qur’an yang semakna dengan ayat ayat diatas, ia merupakan nash atau ketentuan hukum yang mewajibkan agar supaya masalah masalah yang diperselisihkan itu dikembalikan kepada Al Qur’an dan Al Hadits, selain mewajibkan kita agar rela terhadap hukum yang ditetapkan oleh keduanya. Sesungguhnya hal itu adalah konsekwensi iman, dan merupakan perbuatan baik bagi para hamba, baik di dunia atau di akherat nanti, dan akan mendapat balasan yang lebih baik.
Dalam pembicaraan masalah malam Nisfu Sya’ban, Ibnu Rajab berkata dalam bukunya “Lathoiful Ma’arif” : para Tabi'in penduduk Syam (Syiria sekarang) seperti Kholid bin Ma’daan, Makhul, Luqman bin Amir, dan lainnya pernah mengagung-agungkan dan berijtihad melakukan ibadah pada malam Nisfi Sya’ban, kemudian orang-orang berikutnya mengambil keutamaan dan bentuk pengagungan itu dari mereka.
Dikatakan bahwa mereka melakukan perbuatan demikian itu karena adanya cerita-cerita israiliyat, ketika masalah itu tersebar ke penjuru dunia, berselisihlah kaum muslimin, ada yang menerima dan menyetujuinya, ada juga yang mengingkarinya, golongan yang menerima adalah ahli Bashrah dan lainnya, sedangkan golongan yang mengingkarinya adalah mayoritas penduduk Hijaz (Saudi Arabia sekarang), seperti Atho dan Ibnu Abi Mulaikah, dan dinukil oleh Abdurrahman bin Zaid bin Aslam dari Ulama fiqih Madinah, yaitu ucapan para pengikut Imam Malik dan lain lainnya ; mereka mengatakan bahwa semua perbuatan itu bid’ah, adapun pendapat ulama Syam berbeda dalam pelaksanaannya dengan adanya dua pendapat :
1- Menghidup-hidupkan malam Nisfu Sya’ban dalam masjid dengan berjamaah adalah mustahab (disukai Allah).
Dahulu Khalid bin Ma’daan dan Luqman bin Amir memperingati malam tersebut dengan memakai pakaian paling baru dan mewah, membakar kemenyan, memakai sipat (celak), dan mereka bangun malam menjalankan shalatul lail di masjid, ini disetujui oleh Ishaq bin Rahawaih, ia berkata : "Menjalankan ibadah di masjid pada malam itu secara berjamaah tidak dibid’ahkan", keterangan ini dicuplik oleh Harbu Al Karmaniy.
2- Berkumpulnya manusia pada malam Nisfi Sya’ban di masjid untuk shalat, bercerita dan berdoa adalah makruh hukumnya, tetapi boleh dilakukan jika menjalankan sholat khusus untuk dirinya sendiri.
Ini pendapat Auza’iy, Imam ahli Syam, sebagai ahli fiqh dan ulama mereka, Insya Allah pendapat inilah yang mendekati kebenaran, sedangkan pendapat Imam Ahmad tentang malam Nisfu Sya’ban ini, tidak diketahui.
Ada dua riwayat yang menjadi sebab cenderung diperingatinya malam Nisfu Sya’ban, dari antara dua riwayat yang menerangkan tentang dua malam hari raya (Iedul Fitri dan Iedul Adha), dalam satu riwayat berpendapat bahwa memperingati dua malam hari raya dengan berjamaah adalah tidak disunnahkan, karena hal itu belum pernah dikerjakan oleh Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya, riwayat yang lain berpendapat bahwa memperingati malam tersebut dengan berjamaah disunnahkan, karena Abdurrahman bin Yazid bin Aswad pernah mengerjakannya, dan ia termasuk Tabi’in. Begitu pula tentang malam nisfu sya’ban, Nabi belum pernah mengerjakannya atau menetapkannya, termasuk juga para sahabat, itu hanya ketetapan dari golongan Tabiin ahli fiqh (yuris prudensi) yang di Syam (syiria), demikian maksud dari Al Hafidz Ibnu Rajab (semoga Allah melimpahkan rahmat kepadanya).
Ia mengomentari bahwa tidak ada suatu ketetapan pun tentang malam Nisfi Sya’ban ini, baik itu dari Nabi maupun dari para Sahabat. Adapun pendapat Imam Auza’iy tentang bolehnya (istihbab) menjalankan sholat pada malam hari itu secara individu dan penukilan Al Hafidz Ibnu Rajab dalam pendapatnya itu adalah gharib dan dloif, karena segala perbuatan syariah yang belum pernah ditetapkan oleh dalil dalil syar’i tidak boleh bagi seorang pun dari kaum muslimin mengada-adakan dalam Islam, baik itu dikerjakan secara individu ataupun kolektif, baik itu dikerjakan secara sembunyi sembunyi ataupun terang terangan, landasannya adalah keumuman hadits Nabi :
" من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد ".
Barangsiapa mengerjakan suatu perbuatan yang belum pernah kami perintahkan, maka ia tertolak”.
Dan banyak lagi hadits hadits yang mengingkari perbuatan bid’ah dan memperingatkan agar dijauhi.
Imam Abu Bakar At Thorthusyi berkata dalam bukunya “Al Hawadits wal bida” : diriwayatkan oleh Wadhoh dari zaid bin Aslam berkata : kami belum pernah melihat seorang pun dari sesepuh dan ahli fiqh kami yang menghadiri perayaan malam nisfu sya’ban, tidak mengindahkan hadits Makhul yang dloif, dan tidak pula memandang adanya keutamaan pada malam tersebut terhadap malam malam lainya.
Dikatakan kepada Ibnu Abi Mulaikah bahwasanya Zaid An numairy berkata : "Pahala yang didapat (dari ibadah) pada malam Nisfu Sya’ban menyamai pahala lailatul qadar, Ibnu Abi Mulaikah menjawab : "Seandainya saya mendengarnya sedang di tangan saya ada tongkat pasti saya pukul, Zaid adalah seorang penceramah".
Al ‘Allamah Asy Syaukani menulis dalam bukunya “Al Fawaidul Majmuah” sebagai berikut : bahwa hadits yang mengatakan :
" يا علي، من صلى مائة ركعة ليلة النصف من شعبان يقرأ في كل ركعة بفاتحة الكتاب وقل هو الله عشر مرات إلا قضى الله له كل حاجة ... إلخ.
Wahai Ali, barang siapa yang melakukan sholat pada malam Nisfu Sya’ban sebanyak 100 rakaat, ia membaca setiap rakaat Al fatihah dan Qul huwallah ahad sebanyak sepuluh kali, pasti Allah memenuhi segala kebutuhannya … dan seterusnya.
Hadits ini adalah maudhu’, pada lafadz-lafadznya menerangkan tentang pahala yang akan diterima oleh pelakunya adalah tidak diragukan kelemahannya bagi orang berakal, sedangkan sanadnya majhul (tidak dikenal), hadits ini diriwayatkan dari kedua dan ketiga jalur sanad, kesemuanya maudhu dan perawi-perawinya tidak diketahui.
Dalam kitab “Al Mukhtashor” Syaukani melanjutkan : hadits yang menerangkan tentang sholat Nisfu Sya’ban adalah bathil, Ibnu Hibban meriwayatkan hadits dari Ali bin Abi Tholib Radhiyallahu ‘anhu : jika datang malam Nisfu Sya’ban bersholat malamlah dan berpuasalah pada siang harinya, adalah dloif.
Dalam buku “Allaali” diriwayatkan bahwa : "Seratus rakaat pada malam Nisfi sya’ban (dengan membaca surah) Al ikhlas sepuluh kali (pada setiap rakaat) bersama keutamaan keutamaan yang lain, diriwayatkan oleh Ad Dailami dan lainya bahwa itu semua maudlu’ (palsu), dan mayoritas perowinya pada ketiga jalur sanadnya majhul (tidak diketahui) dan dloif (lemah).
Imam As Syaukani berkata : Hadits yang menerangkan bahwa dua belas rakaat dengan (membaca surat) Al Ikhlas tiga puluh kali itu maudlu’ (palsu), dan hadits empat belas rakaat … dan seterusnya adalah maudlu’ (tidak bisa diamalkan dan harus ditinggalkan, pent).
Para fuqoha (ahli yurisprudensi) banyak yang tertipu dengan hadits hadits diatas, seperti pengarang Ihya Ulumuddin dan lainnya, juga sebagian dari para ahli tafsir, karena sholat pada malam ini, yakni malam Nisfu Sya’ban telah diriwayatkan melalui berbagai jalur sanad, semuanya adalah bathil / tidak benar dan haditsnya adalah maudlu’.
Hal ini tidak bertentangan dengan riwayat Turmudzi dan hadits Aisyah, bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pergi ke Baqi’ dan Tuhan turun ke langit dunia pada malam Nisfu Sya’ban, untuk mengampuni dosa sebanyak jumlah bulu domba dan bulu kambing, karena pembicaraan kita berkisar tentang sholat yang diadakan pada malam Nisfu Sya’ban itu, tetapi hadits Aisyah ini lemah dan sanadnya munqothi’ (tidak bersambung) sebagaimana hadits Ali yang telah disebutkan diatas, mengenai malam Nisfu Sya’ban, jadi dengan jelas bahwa sholat (khusus pada) malam itu juga lemah dasar hukumnya.
Al Hafidz Al Iraqi berkata : hadits (yang menerangkan) tentang sholat Nisfi Sya’ban itu maudlu dan pembohongan atas diri Rasulallah”.
Dalam kitab “Al Majmu” Imam Nawawi berkata : sholat yang sering kita kenal dengan sholat Roghoib ada (berjumlah) dua dua belas rakaat, dikerjakan antara maghrib dan Isya’, pada malam Jum’at pertama bulan Rajab, dan shalat seratus rakaat pada malam Nisfu Sya’ban, dua sholat ini adalah bid’ah dan munkar, tidak boleh seseorang terpedaya oleh kedua hadits itu, hanya karena disebutkan di dalam buku “Quutul qulub” dan “ Ihya Ulumuddin” (Al Ghozali, red) sebab pada dasarnya hadits hadits tersebut bathil (tidak boleh diamalkan), kita tidak boleh cepat mempercayai orang orang yang tidak jelas bagi mereka hukum kedua hadits itu, yaitu mereka para imam yang kemudian mengarang lembaran-lembaran untuk membolehkan pengamalan kedua hadits itu, karena ia telah salah dalam hal ini.
Syekh Imam Abu Muhammad Abdurrahman bin Ismail Al Maqdisi telah mengarang sebuah buku yang berharga, beliau menolak (menganggap bathil) kedua hadits diatas (tentang malam Nisfu Sya’ban dan malam Jum’at pertama pada bulan Rajab), ia bersikap (dalam mengungkapkan pendapatnya) dalam buku tersebut, sebaik mungkin, dalam hal ini telah banyak pendapat para ulama, jika kita hendak menukil pendapat mereka itu, akan memperpanjang pembicaraan kita. Semoga apa-apa yang telah kita sebutkan tadi, cukup memuaskan bagi siapa saja yang berkeinginan untuk mendapat sesuatu yang haq.
Dari penjelasan di atas tadi, seperti ayat-ayat Al Qur’an dan beberapa hadits, serta pendapat para ulama, jelaslah bagi pencari kebenaran (haq) bahwa peringatan malam Nisfu Sya’ban dengan pengkhususan sholat atau lainnya, dan pengkhususan siang harinya dengan puasa, itu semua adalah bid’ah dan munkar, tidak ada landasan dalilnya dalam syariat Islam, bahkan hanya merupakan pengada-adaan saja dalam Islam setelah masa para sahabat Radhiyallahu ‘anhum, marilah kita hayati ayat Al Qur’an di bawah ini :
] البوم أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم الإسلام دينا [.
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu ni’matKu, dan telah Kuridloi Islam sebagai agama bagimu” (QS. Al Maidah, 3).
Dan banyak lagi ayat-ayat lain yang semakna dengan ayat di atas, selanjutnya marilah kita hayati sabda Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam :
” من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد “.
Barang siapa yang mengada-adakan sesuatu perbuatan (dalam agama) yang sebelumnya tidak pernah ada, maka ia tertolak”.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu berkata : Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
” لا تخصوا ليلة الجمعة بقيام من بين الليالي، ولا تخصوا يومها بالصيام من بين الأيام، إلا أن يكون في صوم يصومه أحدكم “. رواه مسلم.
Janganlah kamu sekalian mengkhususkan malam Jum’at dari pada malam malam lainnya dengan sholat tertentu, dan janganlah kamu sekalian mengkhususkan siang harinya dari pada hari-hari lainnya dengan berpuasa tertentu, kecuali jika hari bertepatan dengan hari yang ia biasa berpuasa (bukan puasa khusus tadi)” (HR. Muslim).
Seandainya pengkhususan malam itu dengan ibadah tertentu diperbolehkan oleh Allah, maka bukanlah malam Jum’at itu lebih baik dari pada malam malam lainnya, karena pada hari itu adalah sebaik-baik hari yang disinari oleh matahari ? hal ini berdasarkan hadits hadits Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam yang shohih.
Ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang untuk mengkhususkan sholat pada malam hari itu dari pada malam lainnya, hal itu menunjukkan bahwa pada malam lainpun lebih tidak boleh dihususkan dengan ibadah tertentu, kecuali jika ada dalil shohih yang mengkhususkan/menunjukkan adanya pengkhususan, ketika malam Lailatul Qadar dan malam malam bulan puasa itu disyariatkan supaya sholat dan bersungguh-sungguh dengan ibadah tertentu, maka Nabi mengingatkan dan menganjurkan kepada umatnya agar supaya melaksanakannya, beliau pun juga mengerjakannya, sebagaimana disebutkan dalam hadits shohih :
” من قام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه، ومن قام ليلة القدر إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه “.
Barang siapa yang berdiri (melakukan sholat) pada bulan Ramadlan dengan penuh rasa iman dan harapan (pahala), niscaya Allah Subhaanahu wa Ta’ala akan mengampuni dosanya yang telah lewat, dan barang siapa yang berdiri (melakukan sholat) pada malam lailatul qadar dengan penuh rasa iman dan harapan (pahala), niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lewat” (Muttafaqun ‘alaih).
Jika seandainya malam Nisfu Sya’ban, malam Jum’at pertama pada bulan Rajab, serta malam isra’ dan mi’raj itu diperintahkan untuk dikhususkan, dengan upacara atau ibadah tertentu, pastilah Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan kepada umatnya, atau beliau melaksanakannya sendiri, jika memang hal itu pernah terjadi niscaya telah disampaikan oleh para sahabat kepada kita ; mereka tidak akan menyembunyikannya, karena mereka adalah sebaik-baik manusia dan paling banyak memberi nasehat setelah para Nabi.
Dari pendapat para ulama tadi anda dapat menyimpulkan bahwasanya tidak ada ketentuan apapun dari Rasulullah, ataupun dari para sahabat tentang keutamaan malam Nisfu Sya’ban dan malam Jum’at pertama pada bulan Rajab.
Dan dari sini kita mengetahui bahwa memperingati perayaan kedua malam tersebut adalah bid’ah yang diada adakan dalam Islam, begitu pula pengkhususan malam tersebut dengan ibadah tertentu adalah bid’ah mungkar, sama halnya dengan malam 27 Rajab yang banyak diyakini orang sebagai malam Isra’ dan Mi’raj, begitu juga tidak boleh dihususkan dengan ibadah ibadah tertentu, selain tidak boleh dirayakan dengan upacara upacara ritual, berdasarkan dalil dalil yang disebutkan tadi.
Hal ini, jika (malam kejadian Isra’ dan Mi’raj itu) diketahui, padahal yang benar adalah pendapat para ulama yang menandaskan tidak diketahuinya malam Isra’ dan Mi’raj secara tepat. Omongan orang bahwa malam Isra’ dan Mi’raj itu pada tanggal 27 Rajab adalah bathil, tidak berdasarkan pada hadits-hadits yang shahih, maka benar orang yang mengatakan :
وخير الأمور السالفات على الهدى * وشر الأمور المحدثات البدائع
Sebaik-baik perkara adalah yang telah dikerjakan oleh para Salaf, yang telah mendapatkan petunjuk dan sejelek-jelek perkara (dalam agama) adalah yang diada adakan berupa bid’ah bid’ah
Allahlah tempat bermohon untuk melimpahkan taufiq-Nya kepada kita dan kaum muslimin semua, taufiq untuk berpegang teguh dengan sunnah dan konsisten kepada ajarannya, serta waspada terhadap hal-hal yang bertentangan dengannya, karena hanya Allah lah Maha Pemberi dan Maha Mulia.
Semoga sholawat dan salam selalu terlimpahkan kepada hamba-Nya dan RasulNya Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, begitu pula kepada keluarga dan para sahabatnya, Amien.
(Dikutip dari الحذر من البدع Tulisan Syaikh Abdullah Bin Abdul Aziz Bin Baz, Mufti Saudi Arabia dalam Majmu’ Fatawa Samahat al-Shaykh ‘Abdul-‘Aziz ibn Baz, 2/882. Penerbit Departemen Agama Saudi Arabia. Edisi Indonesia “Waspada terhadap Bid’ah”.)
Dikutip dari http://www.salafy.or.id, Penulis: Syaikh Abdullah Bin Abdul Aziz Bin Baz, Judu asli: Perayaan Nifsu Syaban dalam sorotan Islam

“Malam Nisfu Sya’ban”

Informasi 15 Sya’ban jatuh pada tanggal 17 Juli 2011
(Malam Nisfu Sya’ban pd hari Sabtu tgl 16 Juli 2011 Malam Minggu sejak terbenamnya matahari)
Apa yang menyebabkan malam Nisfu Sya’ban ini besar artinya bagi umat Muslim ? Berikut ini diceritakan seperti yang di alami Rasulullah Saw:
Kebesaran hari ini diterangkan oleh Rasulullah saw. ” Malaikat Jibril mendatangiku pada malam Nishfu (15) Sya’ban, seraya berkata, ” Hai Muhammad, malam ini pintu-pintu langit dibuka. Bangunlah dan Shalatlah, angkat kepalamu dan tadahkan dua tanganmu kelangit .”
Rasulullah saw bertanya, ” Malam apa ini Jibril ?”
Jibril menjawab. ” Malam ini dibukakan 300 pintu rahmat. Tuhan mengampuni kesalahan orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu, kecuali tukang sihir, tukang nujum, orang bermusuhan, orang yg terus menerus minum khamar (arak atau minuman keras), terus menerus berzina, memakan riba, durhaka kepada ibu bapak, orang yang suka mengadu domba dan orang yang memutuskan silaturahim. Tuhan tidak mengampuni mereka sampai mereka taubat dan meninggalkan kejahatan mereka itu .”
Rasulullah pun keluar rumah, lentas mengerjakan shalat (sendirian) dan menangis dalam sujudnya, seraya berdoa :
.” Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu
dari azab dan siksa-Mu serta kemurkaan-Mu
Tiada kubatasi pujian-pujian kepada-Mu
sebagaimana Engkau memuji diri-Mu
Maka bagi-Mu lah segala pujia-pujian itu
Hingga Engkau rela .” (HR Abu Hurairah)
Oleh karena itu sahabatku, malam tersebut sangatlah baik untuk beribadah dan memohon ampunan (bertaubat) atas segala hal buruk yang kita lakukan, dan semoga Allah swt menerima segala amal ibadah dan mengampuni dosa-dosa dan kesalahan kita . . Amiin .
Rasulullah bersabda: “Barang siapa yang mengingatkan sesama tentang kedatangan bulan ini. Maka api neraka haram baginya.”
Tulisan ini hanyalah sekedar berbagi untuk teman2 Ummat Muslim, semoga bermanfaat. Karena memberikat sesuatu yang bermanfaat adalah bagian dari amal ibadah.

Keutamaan Malam Nisfu Sya'ban

Sejak Islam berkembang di Indonesia, malam nisfu sya'ban bagi umat Islam selalu tidak dilupakan. Bahkan terus dilaksanakan sebagai warisan turun temurun. Mereka menggunakan kesempatan pada saat itu, untuk mendapat rahmat Allah yang dilimpahkan-Nya pada waktu yang makbul itu. Saya rasa perlu menuliskan secara singkat tentang keutamaan malam nisfu sya'ban, karena saya juga mengira bahwa masih banyak umat Islam yang bertanya-tanya dan tidak heran kalau kiranya ada yang tidak mau meneruskan amal ibadah yang telah dilakukan oleh orang terdahulu yang sangat nyata manfa'atnya, karena beranggapan itu adalah bid'ah atau sebuah amal ibadah yang di ada-adakan.
Sebuah Hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a. ia berkata :
Bersabda Rasulullah Saw. "Telah datang Jibril kepadaku pada malam nisfu sya'ban. Ia berkata: Ini malam adalah suatu malam yang dibukakan Allah beberapa pintu langit dan pintu rahmat. Maka bangunlah engkau dan sembahyanglah, angkat kepala dan dua tanganmu keatas".
Rasulullah saw. bertanya : "Ini malam apa, ya Jibril?"
Berkata Jibril : "Malam ini dibukakan Allah padanya 900 pintu rahmat, maka Allah mengampuni beberapa macam kesalahan, kecuali bagi orang yang menyekutukan Allah dan ahli sihir, orang yang mendawamkan minum-minuman yang memabukkan, mendawamkan perzinahan, memakan riba, melawan ibu bapak, orang yang menengok-nengok nasib orang, dan orang yang ahli bermusuh-musuhan, mengadu domba dan memutuskan silaturrahmi. Semua yang tersebut diatas tidak diampuni, hingga mereka harus melakukan taubat nasuha."
Maka keluarlah Rasulullah saw. beliau sholat kemudian beliau menangis dan berdo'a dalam sujudnya. Beliau berkata :
"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan Engkau daripada siksaan-Mu dan kesalahan pada-Mu, dan tiada terhingga pujian atas-Mu. Engkaulah Tuhan yang memuji atas diri-Mu, maka bagi-Mu segala puji hingga engkau ridho".
Sabda Rasulullah saw:
"Bahwa keutamaan bulan sya'ban terhadap bulan lainnya sebagaimana kelebihanku terhadap sekalian Rasul. Sedangkan kelebihan bulan Ramadhan diatas segala bulan sebagaimana kelebihan Allah terhadap segala hamba-Nya".
Adalah Nabi saw, apabila datang bulan sya'ban, beliau berpuasa sepanjang bulan tersebut.
Beliau bersabda:
"Bahwa Allah mengangkat segala amal hamba-Nya pada bulan ini".
Dari hadist ini umat Islam mengartikan bahwa bulan sya'ban (nisfu), maka amal-amal akan diangkat ke langit seolah-olah penutupan buku.
Rasulullah saw. bersabda :
"Apakah kalian mengetahui apa sebab dinamakan Sya'ban ?"
Para sahabat menjawab,
"Allah dan Rasul lebih mengetahui".
Sabda Rasulullah saw:
"Sya'ban berarti terbagi bermacam-macam kebajikan".
Oleh sebab itulah umat Islam dalam kesempatan ini menggunakan waktu sejak maghrib, mereka mengadakan permohonan langsung dengan membaca Surat Yaasin dengan memohon kepada Allah, seperti berharap agar Allah memberikan ketetapan iman, mengharapkan agar segala kesalahan diampuni Allah, dan mengharapkan supaya umur diberkati Allah swt.
Barangsiapa berpuasa tiga hari diawal bulan sya'ban dan tiga hari dipertengahan bulan sya'ban serta tiga hari pula berpuasa diakhir bulan sya'ban, maka Allah akan menghapus kesalahan dan menuliskan balasan sebanyak 70 Nabi dan seolah-olah beribadah selama 70 tahun. Tidak itu saja, bahwa jika ada orang mukmin yang meninggal dunia pada bulan sya'ban. Insya Allah matinya digolongkan sebagai mati syahid.
Syekh Muhammad bin Abdullah Azzahidi, berkata : "Telah meninggal dunia sahabatku syekh Abu Hafaz Al Kabir, maka aku mensholatkan jenazahnya, kemudian setelah bulan sya'ban aku berziarah ke kuburnya. Lalu aku tertidur pada malam itu, aku melihat syekh tersebut telah berubah mukanya, lalu aku beri salam, tapi tidak dibalas salamku itu. Lalu aku berkata, "Subhallah, mengapa salamku tidak disahutinya?" syekh itu berkata : " Menyahut salam itu adalah ibadah, sedangkan kami yang telah meninggal ini sudah putus dari segala ibadah".
Lalu aku bertanya, "Aku melihat tuan syekh ini telah berubah rupa dan bentuk, dulunya muka tuan sangat elok". Almarhum menjawab: "Tatkala aku diletakkan orang ke kuburku, telah datan malaikat. Ia berdiri diatas kepalaku. Ia berkata: 'Hai syekh yang jahat! Aku telah disuruh menghitun dosa-dosa kesalahammu!. Lalu aku dipukulnya hingga menyalalah api pada jasadku". Kemudian berkata kuburku: 'Apakah kau tidak merasa malu pada Tuhanmu ? Kemudian tanah menghimpit diriku hingga segala tulang rusukku terpencar-pencar, dan tinggalkannya diriku dalam azab hingga sampailah pada malam ini (malam nisfu sya'ban). Tiba-tiba, ada suatu suara yang memangil : 'Hai malaikat, angkatlah ia dari siksaan itu, karena ia telah menghidupkan dan menghormati malam nisfu Sya'ban, dan berpuasa satu hari pada bulan itu. Kemudian syekh tersebut disentuhkan dengan nikmat surga dan dirahmati Allah.
Nabi saw. bersabda :
"Barangsiapa menghidupkan malah dua hari raya dan malam nisfu sya'ban, akan hidup hatinya dari Nur dan Hidayat Allah".
Ditulis oleh : An

Senin, 11 Juli 2011

Isra’ Mi’raj Tidak Masuk Akal?

Oleh: Dr. Adian Husaini
DALAM sebuah acara peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad saw, di Jakarta, pembawa acara menyampaikan narasi, bahwa Isra’ Mi’raj adalah adalah sebuah peristiwa yang harus diterima dengan iman dan tidak bisa diterima dengan akal, karena peristiwa itu memang tidak masuk akal. Mungkin, kita sering mendengar ungkapan serupa; bahwa hal-hal yang ghaib harus diterima dengan iman, bukan dengan akal. Benarkah pernyataan seperti itu?

Ketika itu, saya menguraikan, bahwa peristiwa Isra’ Mi’raj memang tidak masuk di akalnya Abu Jahal. Tetapi, peristiwa tersebut masuk di akalnya Abu Bakar ash-Shiddiq r.a.. Abu Jahal bahkan menjadikan Isra’ Mi’raj sebagai senjata untuk menarik kembali orang-orang Quraisy dari keimanan Islam. Dan memang, sejumlah orang akhirnya keluar dari Islam, karena menganggap cerita Isra’ Mi’raj sebagai kebohongan dan tidak masuk akal.

Tetapi, provokasi Abu Jahal dan beberapa tokoh kafir Quraisy tidak ‘mempan’ untuk membatalkan keimanan Abu Bakar ash-Shiddiq. Beliau cukup berlogika sederhana: Jika yang menyampaikan berita itu adalah Muhammad saw, pasti cerita itu benar adanya. Bahkan, lebih dari itu pun Abu Bakar ash-Shiddiq percaya. Jadi, Isra’ Mi’raj sangat masuk di akalnya Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq, dan tidak masuk pada akalnya akalnya Abu Jahal.

Persoalan akal mendapatkan kedudukan yang sangat penting dalam Islam. Orang dibebani kewajiban menjalankan syariat jika dia sudah “mukallaf”, artinya, dia sudah baligh (dewasa) dan mempunyai akal. Jika hilang akalnya, maka dia bebas syariat.  Itulah karunia Allah!  Manusia bisa saja menuntut bebas dari melaksanakan syariat Allah, asalkan mereka sudah kehilangan akal.

Memang, dengan akal-lah manusia dikatakan sebagai manusia. Laulal aqlu la-kaanal-insaanu kal-bahaaim. Begitu sebuah ungkapan Arab yang bermakna: tanpa akal, maka manusia ibarat binatang. Manusia menjadi manusia, karena akalnya, bukan karena jasadnya. Lihatlah, seorang ahli fisika Inggris Stephen Hawking! Meskipun tubuhnya sudah lemah lunglai, terhempas di kursi roda, tanpa bisa berkata apa-apa, jalan pikirannya tetap diperhatikan oleh dunia. Meskipun dia sekular, tetapi dia tetap dipandang sebagai manusia. Akalnya masih ada!

Bandingkan dengan seorang yang masih gagah perkasa atau cantik jelita, jika hilang akalnya, maka hilang pula nilainya sebagai manusia.  Karena itu, kita melihat ada hal yang kontradiktif  pada kaum sekular yang memandang manusia hanya dari segi fisiknya saja. Tengoklah buku-buku sejarah atau Biologi yang diajarkan kepada anak-anak kita!  Tatkala membahas tentang asal-usul manusia, mereka hanya berbicara tentang sejarah fisik atau tubuh manusia. Yang mereka teliti hanya sejarah tulang belulang. Mereka hanya meneliti fosil, karena hanya itu yang bisa mereka lihat.

Mereka tidak mengakui adanya RUH yang justru merupakan inti dari manusia. Sedangkan jasad adalah “tunggangan” RUH. Saat bicara tentang sejarah manusia, maka harusnya mereka sampai pada satu momen penting dari sejarah manusia, yaitu tatkala manusia membuat perjanjian dengan Allah di alam arwah. Ketika itu, Allah bertanya: “Apakah Aku ini Tuhanmu?” maka serentak manusia menjawab: “Benar, kami menjadi saksi!” (QS 7:172).

Itulah sebuah momen penting dari sejarah manusia. Bukan hanya menelusuri sejarah tulang belulang. Sayangnya, kaum sekularis dan materialis tidak mengakui informasi yang berasal dari wahyu sebagai “Ilmu”. Bagi mereka informasi wahyu dianggap sebagai dogma, yang tidak bisa diilmiahkan. Informasi tentang RUH, alam akhirat, dan alam ghaib lainnya, tidak dikategorikan sebagai ilmu. Karena itulah, dalam struktur keilmuan yang banyak dipelajari di sekolah-sekolah atau Perguruan Tinggi sekarang, yang dimasukkan dalam kategori “sains” hanyalah hal-hal yang bisa diindera. Mereka tidak mengakui adanya Sains tentang akhirat, sains tentang sorga dan neraka.

Padahal, dalam Islam, informasi tentang sifat-sifat Allah, tentang Akhirat, adanya pahala dan dosa, tentang berkah, dan sebagainya, merupakan bagian dari Ilmu! Informasi tentang kenabian Muhammad saw, bahwa beliau menerima wahyu dari Allah SWT, adalah merupakan ILMU. Dalam QS 3:19 disebutkan, bahwa kaum ahlul kitab tidak berselisih paham kecuali setelah datangnya ILMU pada mereka, karena sikap iri dan dengki. Jadi, bukti kenabian Muhammad saw adalah suatu ILMU, yakni suatu informasi yang pasti kebenarannya.

Jadi, informasi tentang hal-hal ghaib adalah ILMU dan masuk akal. Sebab, informasi itu dibawa oleh manusia-manusia yang terpercaya. Karena sumber informasinya adalah pasti (khabar shadiq/true report), makan nilai informasi itu pun menjadi pasti pula. Sebenarnya, fenomena semacam ini terjadi dalam kehidupan manusia sehari-hari. Kita percaya, bahwa kedua orang tua kita sekarang ini, benar-benar orang tua kita, juga berdasarkan informasi dari orang-orang yang kita percayai. Karena semua orang yang kita percayai memberikan informasi yang sama – bahwa mereka adalah orang tua kita – maka kita pun percayai, meskipun kita tidak melakukan tes golongan darah atau tes DNA.

Mungkin ada mahasiswa yang berlagak kritis dan rasional dalam segala hal. Dia mau mengkritisi semua hal. Katanya, “Saya hanya percaya kepada hal-hal yang bisa diindera secara langsung atau yang rasional. Di luar itu, saya tidak percaya!”


Kita jawab: “Anda pun tidak kritis pada diri Anda sendiri. Coba tanyakan dengan cara yang sesopan mungkin kepada kedua orang tua Anda, apa bukti ilmiah yang empiris dan rasional bahwa Anda benar-benar anak mereka?”

Seorang mahasiswa tidak akan pernah menjadi sarjana, jika dia bersikap kritis. Saat dosennya menyatakan, bahwa ini adalah rumus Phytagoras atau hukum ini ciptaan Archimides, maka si mahasiswa yang mengaku kritis tadi, harusnya bertanya kepada dosennya, bagaimana Bapak tahu, bahwa rumus itu berasal dari Phytagoras? Bagaimana membuktikannya? Apakah Bapak melihat sendiri? Kenapa Bapak percaya begitu saja.

Saat seorang dosen atau guru fisika menerangkan bahwa kecepatan cahaya adalah 270 ribu sekian km/detik, maka si mahasiswa harusnya bertanya, “Bagaimana Bapak bisa mengatakan seperti itu. Apa buktinya?”

Syahdan, dulu ada seorang ilmuwan di Indonesia yang terkenal sangat rasional dan “Western oriented”. Dia hanya mau menerima hal-hal yang empiris dan rasional. Suatu ketika, sang ilmuwan ini akan balik kampong dan menaiki Kapal Laut. Maka, temannya, yang seorang cendekiawan Muslim mengingatkan dia: “Jika kamu rasional, harusnya kamu tidak naik kapal, tetapi berenang. Sebab, ketika naik kapal, kamu sudah tidak rasional, karena kamu percaya saja kepada nakhoda atau petugas kapal yang kamu tidak kenal sama mereka!”

Tatkala kita menaiki pesawat terbang, kita dipaksa menjadi tidak rasional dan tidak kritis.Saat diumumkan, bahwa pesawat ini akan menuju suatu kota dengan ketinggian sekian, dengan pilot Si Fulan, maka kita pun percaya begitu saja! Padahal, kita tidak kenal sama sekali dengan para awak pesawat, tidak mengecek langsung, apakah si pilot benar-benar pilot atau pelawak.

Itulah anehnya manusia. Kadangkala, mereka percaya kepada dukun yang jelas-jelas mengaku bodho, percaya kepada ilmuwan fosil yang belum tentu jujur, percaya kepada pramugari pesawat yang sama sekali tidak dikenalnya. Tetai, ajaibnya, mereka tidak percaya kepada seorang “manusia”  yang kejujurannya diakui oleh bangsanya, diakui oleh kawan maupun lawannya. Bahkan, sejak umur 25 tahun, kaumnya sudah member gelar istimewa “al-Amin”, manusia yang terpercaya.

Jika dukun yang menamakan dirinya sebagai orang bodho bisa dipercaya, mengapa kita tidak percaya kepada Nabi Muhammad saw? Itulah akal Abu Bakar ash-Shiddiq r.a., yaitu  akal yang jernih; akal yang sanggup mendudukkan sesuatu pada tempatnya. Saat berita Isra’ Mi’raj itu tiba padanya, maka Sayyidina Abu Bakar cukup menggunakan logika yang sederhana: Jika yang mengatakan itu adalah Muhammad saw, pasti itu benar adanya!

Ada lagi sebagian kalangan yang berlagak kiritis kepada Nabi Muhammad saw, kritis kepada sahabat Nabi dan para ulama terkemuka. “Kita harus kiritis!” katanya. Bahkan, masih kata dia lagi, “Kita harus berani kritis terhadap pikiran kita sendiri!”

Dalam acara bedah Novel Kemi di  IAIN Syekh Nurjati Cirebon, 28 Juni 2011, ada seorang mahasiswa bertanya kepada saya: Apa definisi iman, kafir, dan sebagainya?”

Tentu saja, saya cukup keheranan. Bagaimana seorang yang belajar agama Islam pada level perguruan tinggi masih belum tahu, ada definisi iman dan kafir.  Saya jawab, “Kenapa kita tidak merujuk saja kepada pendapat para ulama yang mu’tabarah tentang definisi-definisi tersebut? Lihat saja pendapat Imam al-Syafii, Imam al-Ghazali, dan sebagainya!”

Si mahasiswa tadi sebenarnya sedang menghadapi krisis otoritas. Dia menolak otoritas para ulama Islam, tetapi mengakui otoritas Nasr Hamid Abu Zaid, dan para orientalis. Dia lebih percaya kepada pendapat orientalis ketimbang pendapat ulama. Padahal, setiap bidang ilmu selalu menempatkan otoritas-otoritas tertentu. JIka kita belajar Fisika, maka kita diminta menerima otoritas keilmuan yang dimiliki ilmuwan-ilmuwan besar di bidang Fisika. Sama halnya dengan otoritas di bidang ilmu ekonomi, ilmu Sosiologi, dan sebagainya. Ironisnya, saat ini, otoritas keilmuan di Perguruan Tinggi kadangkala diletakkan kepada gelar formal, dan bukan pada kualitas keilmuan seseorang.  Meskipun bodoh dan kurang ilmu, tetapi karena sudah bergelar professor maka dia diberikan otoritas keilmuan di bidangnya.

Jika mahasiswa tidak mengakui otoritas keilmuan seseorang, maka dia tidak akan pernah menjadi sarjana, sebab saat menyusun skripsi, tesis, atau disertasi, pasti dia mengutip sana-sini, pendapat-pendapat dari orang-orang yang dianggap mempunyai otoritas tertentu di bidangnya.  Saat membahas tafsir UUD 1945, tentu kita lebih percaya kepada tafsiran Prof. Dr. Jimly ash-Shiddiqy dibandingkan tafsiran Inul atau Thukul.

Untuk menundukkan akal manusia agar menerima kebenaran misi kenabian, maka Allah memberikan bukti-bukti nyata berupa mu’jizat pada para utusan-Nya. Dengan itu, diharapkan, akal manusia akan menerima kebenaran yang berasal dari Allah, yang merupakan sumber kebenaran.  Jadi, berita tentang misi kenabian adalah suatu Ilmu dan ilmiah. Adalah ironis, jika berita kenabian tidak dianggap sebagai ILMU, sedangkan informasi tentang kehidupan  di bumi jutaan tahun lalu, dianggap sebagai ILMU. 

Pintu masuk seorang menjadi Muslim adalah “syahadat”: saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah.  Konsekuensinya, seorang Muslim pasti percaya kepada apa pun yang dikatakan oleh Nabi Muhammad saw.  Allah adalah sumber ILMU. Allah yang mengajarkan Ilmu kepada manusia, baik yang disampaikan melalui para nabinya, maupun yang diberikan kepada manusia dalam bentuk ilham, dan sebagainya.

Yang jelas, tatkala mendapatkan ILMU, maka kita yakin, bahwa Ilmu itu adalah anugerah Allah. Ilmu adalah karunia Allah. Meskipun manusia bekerja keras, jika Allah tidak menghendaki dia meraih ilmu, maka suatu ilmu tidak akan sampai padanya.  Bertemunya upaya manusia  dan  anugerah Allah akan datangnya suatu makna pada diri manusia, itulah yang dikatakan Prof Syed Naquib al-Attas sebagai suatu Ilmu. Di sini terpadu unsur  upaya manusia, sebagai syariat untuk meraih ilmu. Tetapi, pada sisi lain, bagaimana pun, keberhasilan manusia untuk meraih satu ilmu tertentu adalah merupakan anugerah Allah SWT.

Jadi, seorang Muslim adalah seorang yang sangat menghargai akalnya, dan mampu menempatkan akal manusia pada tempatnya. Akal adalah anugerah Allah. Akal digunakan untuk berpikir yang tujuan tertingginya adalah untuk mengenal Sang Pencipta (ma’rifatullah). Pengakuan akan ke-Tuhanan Allah SWT dan kenabian Muhammad saw itulah yang membedakan akal orang mukmin dengan akal orang kafir.  Orang mukmin mengarahkan akalnya untuk memahami ayat-ayat Allah.

Orang mukmin paham akan tujuan dan makna hidup yang sebenarnya. Dengan akalnya, orang mukmin paham, bahwa kebahagiaan tertinggi di dunia ini adalah mengenal dan berzikir kepada Allah; bukan menuruti semua tuntutan syahwat. Dengan akalnya, manusia dapat mengenal Sang Pencipta.  Dengan akalnya, manusia dapat memahami cara-cara menyembah Sang Pencipta, sebagaimana diajarkan oleh utusan Allah.

Jadi, meskipun sama-sama berakal, ada perbedaan yang mendasar antara akal Abu Bakar ash-Shiddiq dan akal Abu Jahal. Akal Abu Bakar adalah akal yang jernih, akal yang benar (aqlun shahihun), sedangkan akal Abu Jahal adalah akal yang salah, akal yang buruk, akal yang tidak mampu mengantarkan manusia kepada pengenalan Sang Pencipta.  Wallahu a’lam bil-shawab. (***).

Red: Dija

Beragam Wajah Muslimah Amerika

Hidayatullah.com--Apa artinya menjadi seorang Muslimah di Amerika dewasa ini? Dalam “I Speak for Myself”, 40 Muslimah Amerika bertutur tentang pengalaman tumbuh besar di Amerika. Cerita pribadi mereka tentang perjuangan dan keberhasilan mengingatkan bahwa kita punya lebih banyak kesamaan dalam perjalanan kehidupan daripada yang sering kita bisa sadari.
"I Speak for Myself: American Women on Being Muslim", yang disunting oleh Maria M. Ebrahimji dan Zahra T. Suratwala, menyuguhi pembaca bagaimana rasanya tumbuh besar sebagai seorang Muslimah di Amerika, dengan berbagai pertimbangan emosi, simbolik dan sosial yang cukup ruwet.
Cerita-cerita di buku ini adalah manifestasi dari evolusi spiritual. Di permukaan, kita membaca tentang hubungan yang bermasalah dengan para suami, rekan kerja, orangtua dan teman, tapi, di tingkat yang lebih dalam, perjalanan itu adalah sebuah ekspresi semangat manusia.
Para perempuan ini berhasil mengatasi kesulitan dalam hidup mereka dan mengingatkan kita potensi dan keberanian yang ada pada masing-masing kita. Saat kita tumbuh berkembang dan dewasa, kita menjadi sadar akan keindahan dan kesucian hidup yang melampaui budaya.
Misalnya, salah satu Muslimah menulis tentang pengalaman mendapati suaranya lebih kuat dan bertenaga setelah mengalami perceraian dan pelecehan. Seorang Muslimah lainnya membincangkan signifikansi kultural dari perbincangan-perbincangannya ketika bekerja sebagai anggota dewan.
Kita juga membaca tentang bagaimana seorang perempuan dengan kocak dan cemas mengatasi kesenjangan generasi dan budaya yang ia alami dengan orangtuanya.
Bergulat dengan hasrat untuk menyesuaikan diri, perempuan lainnya menggambarkan bagaimana ia berjuang untuk menjelaskan dan merasionalisasi namanya, sementara yang lain bicara tentang sulitnya memutuskan apakah perlu mengenakan jilbab atau tidak. Setiap perempuan menggambarkan potensi kreatif terdalamnya sendiri, dan mengekspresikan hakikat tentang eksistensi manusia.
Disusun di Amerika Serikat dan beberapa negara lain, “I Speak for Myself” dikontekstualisasikan dalam berbagai wacana identitas Amerika dan Muslim.
Himpunan cerita ini memperluas wacana-wacana ini hingga mencakup isu ras, kelas, agama, etnis, sejarah, politik, bahasa dan jender. Cerita-cerita tersebut mengesankan pemikiran masing-masing masyarakat tentang sejarah, Islam dan budaya tampak ruwet, sehingga pada akhirnya menantang anggapan bahwa para Muslimah tak bisa bersuara dan tak berdaya. Para penulis mengajari kita bahwa di luar budaya, ada ikatan yang lebih mendalam yang mempertalikan kita – hasrat kita akan perdamaian dan keadilan sosial.
“I Speak for Myself” menyediakan beragam contoh yang menjelaskan berbagai kemungkinan yang dihadapi manusia. Masing-masing perempuan menggambarkan identitas Amerika yang terganggu dengan ambivalensi dan kecemasan nyata tentang keterkaitan yang jelas di antara agama, politik dan ekspektasi sosial. Salah seorang perempuan bicara tentang seorang temannya pada masa kanak-kanak yang melihatnya sebagai orang Amerika dan bukan Muslim, dan bagaimana, pada saat itu, itu membuatnya bangga. Tapi kebingungan membuatnya berpikir sejenak dan menyadari bahwa ia tidak harus memilih antara menjadi Muslim dan menjadi orang Amerika. Ia bisa menjadi dua-duanya.
Muslimah lainnya menerangkan bagaimana pada masa mudanya ia berjuang untuk menjadi Muslim yang “benar” dan menyesuaikan diri dengan komunitas Muslim. Ia segera menyadari bahwa tidak hanya ada satu cara untuk menjadi Muslim dan bahwa Islam menyambut baik bermacam ekspresi keberagamaan.
Tapi tantangan ada tak hanya pada masa anak-anak dan remaja. Seorang Muslimah Afrika-Amerika menggambarkan bagaimana ia merasa menjadi bagian sekaligus terkucil dalam komunitas Muslim, serta hasratnya agar Muslim mengatasi masalah diskriminasi dalam sebagian komunitas Muslim. Seorang Muslimah Afrika-Amerika lainnya menggambarkan frustrasi yang ia alami ketika mencoba merangkul identitas Islam, feminis dan Afrika-Amerika yang “sejati”. Alih-alih, ia memutuskan untuk merangkul berbagai kepingan terpisah dan kontradiktif dari kepribadiannya, daripada mencoba menjadi seperti orang lain.
Perbincangan tentang keyakinan agama masing-masing perempuan mencerminkan bagaimana identitas mengalami pasang surut, disesuaikan dan dinegosiasikan. Masing-masing perempuan menjadi bagian dari negosiasi antara kekuatan dan ketidakberdayaan ini di mana ia melemahkan mitologi tentang Muslimah yang tertindas dan menciptakan sebuah model perlawanan.
Para perempuan yang berbagi cerita di buku ini adalah para insinyur, dokter, pengacara, tokoh masyarakat, pejuang keadilan sosial, mantan relawan Peace Corps dan Teach for America, seniman, profesor, mahasiswa, politisi, peraih penghargaan, bloger, jurnalis, aktivis lingkungan dan, terutama sekali, saudara-saudara kita dalam kemanusiaan. Melalui pengalaman masing-masing perempuan, para pembaca I Speak for Myself mendapatkan pemahaman yang lebih kuat tentang bagaimana rasanya tumbuh besar sebagai seorang Muslimah di Amerika.
Bethsaida Nieves. Penulis adalah seorang mahasiswa doktoral di University of Wisconsin-Madison. Ia memiliki minat untuk meneliti dan mengajar dalam kajian pendidikan internasional dan perbandingan. Artikel ini ditulis untuk Kantor Berita Common Ground (CGNews)

Red: Panji Islam

Pertengahan Juli, Matahari Tepat di Atas Kakbah

AKARTA - Bagi Anda yang hendak mengecek arah kiblat bisa melakukan pada pertengahan Juli ini. Dipastikan pada 16 Juli mendatang matahari tepat berada di atas Kota Mekkah, Arab Saudi.

“Sekira pukul 16.27 WIB,” ujar peneliti LAPAN Thomas Djamaluddin kepada okezone di Jakarta, Jumat (1/7/2011).

Dalam hal ini, LAPAN juga akan mengamati peristiwa tersebut. Hasilnya akan dijadikan acuan dalam penentuan kiblat di Indonesia.

Pada Sabtu, 28 Mei 2011 lalu, pukul 12.18 waktu Makkah atau pukul 16.18 WIB, matahari juga tepat berada di atas kota Makkah. Saat itu, bayangan di seluruh dunia yang masih bisa melihat matahari mengarah ke Kakbah.

Bayangan ke arah Kakbah yang dapat dijadikan patokan arah kiblat itu dapat diperoleh dari benda yang berdiri tegak lurus di tempat datar. Cara itu dapat digunakan di sejumlah wilayah yang tak bisa melihat Kakbah secara langsung.

Meski demikian, penentuan kiblat tidak perlu terpaku pada hari dan jam saat matahari benar-benar tepat di atas Mekkah. Pergeseran yang lambat membuat matahari berada di atas Makkah selama dua hari sebelum dan sesudah 16 Juli 2011 serta dalam rentan waktu lima menit sebelum dan sesudah pukul 16.27 WIB. “Ini bisa digunakan mulai 14-18 Juli,” jelasnya.

SBY Ajak Umat Muslim Kembalikan Kejayaan Islam

JAKARTA - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengajak umat muslim di Indonesia agar dapat mengembalikan kejayaan peradaban Islam.

Hal tersebut di sampaikan SBY saat berpidato memperingati Isra Mi’raj di Istana Negara, Jakarta, Kamis (30/6/2011).

"Saat ini dan ke depan kita memiliki tugas sejarah untuk membangkitkan kembali peradaban Islam yang agung. Sebagai bangsa yang jumlah penduduk muslimnya terbesar di dunia, kita harus memberi sumbangan bagi kemanusiaan dan peradaban. Kita harus menjadi pelopor dalam pembangunan kesetaraan kedamiaan, keadilan dan  kesejahteraan," katanya.

Presiden menyerukan umat muslim di Tanah Air harus memiliki keunggulan dalam peningkatan daya saing serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan bekal tersebut SBY yakin umat Islam dapat berada di garda peradaban dunia.

"Jika hanya memiliki keunggulan iman dan takwa tetapi tertinggal dalam ilmu pengetahuan dan tekhnologi, kita akan selalu tergantung pada bangsa-bangsa lain, terbelenggu dan terpinggirkan dalam percaturan global, hari demi hari kita akan dapat masalah baru tanpa kemampuan untuk memecahkannya. Sebaliknya kalau hanya unggul ilmu pengetahuan dan tekhnologi tapi kering dari iman dan takwa, kita akan menjadi bangsa yang arogan, tersesat, dan tidak tentram. Barangkali kita hanya mengejar kesenangan duniawi, hedonistik, penuh kerakusan merusak alam semesta," paparnya.

SBY menegaskan, sejarah mencatat bahwa ilmuwan muslim telah mengembangkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi manusia.

“Bukankah kedokteran, astronomi, aljabar atau matematika atau ilmu hajat atau biologi dikembangkan para ilmuwan muslim yang saleh. Sejarah juga membuktikan disaat ilmu pengetahuan berkembang pesat di masa itu Islam mencapai puncak kejayaannya, yang dikenal dengan the golden age of Islamic history,” ungkapnya.

Dalam perkembangannya, sambung SBY, kemudian ajaran Islam telah berhasil mendorong terjadinya peradaban Islam yang luhur dan agung. Peradaban Islam telah menjadi inspirasi bagi peradaban lain, yang berkembang saat itu. Peradaban Islam juga telah berhasil mewariskan sistem dan tata nilai kemanusiaan yang diteladani umat dan bangsa lain di muka bumi ini

“Saya mengajak kaum muslimin di seluruh Tanah Air untuk mengemabangkan masyarakat muslim yang berilmu dan berwawasan luas. Beraklak mulia, toleran, dan berperadaban tinggi. Mari kita ciptakan tatanan masyarakat yang beriman berilmu dan rasional sebagai ciri dari bangsa yang religius dan berdaya saing tinggi,” ungkapnya.

Presiden juga mengajak,”Mari kita mantapkan penyelarasan pemahaman wahyu yang penuh hilmah dengan penguasaan ilmu dan teknologi yang penuh manfaat. Mari kita kedepankan pikiran yang terang cara pandang yang positif, sikap yang penuh optimisme dan pola hidup bermasyarakat yang toleran. Mari kita cegah dan hindari bentuk radikalisme dan anarkisme,” serunya.

Lebih lanjut Presiden juga mengimbau,”Mari kita budayakan hidup penuh keikhlasan, ke jujuran, peduli lingkungan, dan rasa tanggung jawab. Utamanya terhadap masa depan generasi yang akan datang,” ujarnya.

Dia juga mengajak kepada para tokoh agama dan masyarakat di seluruh Tahan Air untuk terus menyuburkan nilai-nilai keteladanan yang berbasis pada pemaknaan wahyu Ilahi yang penuh hikmah.

“Berikan pencerahan kepada segenap warga bangsa. Bahwa memberikan yang terbaik bagi pembangunan umat dan bangsa kita ke depan adalah wujud dari ibadah kepada Allah SWT. Melalui momentum Isra Mikraj mari kita tingkatkan kesadaran pentingnya wahyu memandu ilmu," tutupnya.

1 Rajab 1431 H Jatuh pada Hari Ini Muhammad Saifullah - Okezone

JAKARTA- Ketua Lajnah Falakiyah PBNU KH A Ghazalie Masroeri menyatakan tanggal 1 Rajab 1431 Hijriah jatuh pada hari ini, Senin 14 Juni 2010.

Rukyatul hilal penentuan awal bulan Rajab dilakukan pada Sabtu sore, 29 Jumadil Akhir bertepatan dengan 12 Juni kemarin, di beberapa titik rukyatul hilal. Hasilnya, hilal tak tampak sehingga bulan Jumadil Akhir digenapkan menjadi 30 hari sesuai dengan kaidah istikmal.

“Maka 1 Rajab 1431 baru terjadi hari Senin ini,” kata Ketua Lajnah Falakiyah KH A. Ghazalie Masroeri seperti dilansir dari laman NU Online di Jakarta, Senin (14/6/2010).

Pada saat diadakan rukyatul hilal pada Sabtu kemarin secara hisab memang posisi bulan masih di bawah ufuk, tepatnya 1043’ sehingga tidak mungkin hilal bisa tampak. Namun rukyatul hilal tetap dilaksanakan sebagai prasyarat penentuan awal bulan.

Menurut Kiai Ghazali pada hari berikutnya atau Ahad diadakan rukyatul hilal kedua sebagai pengukuhan rukyatul hilal yang diadakan pada 29 Jumadil Akhir. Hasilnya mengukuhkan 1 Rajab jatuh pada Senin. “Hasil rukyat di Samarinda hilal pada posisi 6 sampai 7 derajat,” ujarnya.

Misteri dan Fungsi Puasa

Allah berfirman: "Dan berpuasa, lebih baik bagimu jika kamu mengetahui" (Al-Baqarah:184).

Penelitian kedokteran menetapkan bahwa berlebih-lebihan dalam konsumsi makanan bisa menimbulkan berbagai penyakit, khususnya penyakit yang berhubungan dengan pencernaan. Mengkonsumsi makanan secara berlebihan dapat menimbulkan kekuatan jantung dan pembuluh darah yang berakibat meningkatnya tekanan darah dan terhentinya campuran darah dan nanah. Kemudian hal ini berakibat tambahnya tekanan darah yang dapat menyebabkan penyakit kencing manis. Tak ada jalan lain untuk mengatasi penyakit tersebut, kecuali dengan mengantisipasi timbulnya gejala-gejala yang disebabkannya. Lapar pada saat-saat tertentu pada organ tubuh menjadi suatu keharusan agar proses pencernaan dapat membasmi sel-sel kecil. Dengan begitu fisik akan kembali normal setelah terbentuknya sel-sel baru.

Studi ilmiah terbaru menyatakan bahwa puasa berfungsi sebagai terapi dari bahaya penyakit-penyakit kontemporer. Dan juga sebagai pembaharu jaringan-jaringan sel disamping mampu menghilangkan unsur-unsur penyakit yang tidak dibutuhkan lagi.

Puasa dapat memberi ruang pada usus dan perut untuk menyaring makanan, ia bisa meredahkan aktivitas kotoran dalam usus dan perut. Kondisi seperti ini mampu memberi ruang yang tepat untuk mengobati luka dengan adanya selaput lendir. Kemudian daya serap itu terhenti dari usus. Pada akhirnya asam ammonia tidak mampu menyampai jantung, glukosa ataupun zat garam.

Atas dasar inilah sel-sel jantung tidak dapat melakukan pembentukan struktur glikogen, protein, kolesterol dikarenakan tidak adanya hubungan yang terbentuk. Itulah hasil dari kekosongan usus dari berbagai makanan. Karenanya penyerapan menjadi tersumbat. Dengan demikian ibadah puasa memberikan ruang bagi sel-sel jantung untuk menghindari terjadinya lemak-lemak yang terkadang meresap di dalamnya.

Puasa juga berguna untuk mencegah penyakit kencing manis. Dalam suatu penelitian diungkapkan bahwa kadar gula seseorang mengalami penurunan dengan dilakukannya ibadah puasa. Di USA telah ditemukan sebuah kesimpulan dari kajian-kajian ilmiah yang membahas kekuatan puasa untuk mencegah penyakit kencing manis.

Dalam bukunya, Prof. Nicholev Wanzlop mengatakan bahwa "lapar dapat berguna sebagai terapi kesehatan". Sebuah keharusan bagi setiap individu di dalam komunitas negara besar untuk mengontrol fisiknya, dengan cara membuang kotoran-kotoran yang mengandung zat beracun dalam tubuh. Prakteknya yaitu dengan menahan lapar pada periode-periode tertentu dengan meninggalkan mengkonsumsi makanan pada rentang masa 3 - 4 minggu.

Bagi pakar kesehatan, puasa dipandang berfaedah bagi penyakit-penyakit kulit. Karena faktor tertahannya makanan dan minuman yang berarti sedikit pula yang terserap di dalam tubuh dan sirkulasi darah. Sehingga berdampak pada air yang masuk ke dalam kulit, radang dan berbagai penyakit yang berbahaya lainnya menjadi minim. Disamping puasa, < href="http://mukjizatdiislam.blogspot.com/2008/05/wudlu-dan-pencegahan-terhadap-penyakit.html">wudlu juga dapat mencegah berbagai penyakit kulit.

Penemuan medis juga memperkukuh ketegasan bahwa puasa bisa melindungi diri dari banyak penyakit. Juga dapat mengurangi lemak-lemak di dalam tubuh yang berarti juga mengurangi kadar kolesterol. Yakni unsuryang mengendap di atas pembuluh-pembuluh darah yang berakibat menjadi keras. Disamping itu menyebabkan terjadinya pembekuan darah di dalam pembuluh-pembuluh jantung dan otak.

Puasa juga dapat menimbulkan daya kekuatan yang sangat luar biasa dalam membasmi semacam virus-virus kecil, dan sekaligus mencegah terjadinya elaborasi unsur-unsur zat kapur. Jika telah terjadi, maka cara terapinya harus dengan sedikit demi sedikit.

PUASA RAJAB

Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW telah bersabda, “Ketahuilah bahwa bulan Rajab itu adalah bulan ALLAH, maka Barang siapa yang berpuasa satu hari dalam bulan ini dengan ikhlas, maka pasti ia mendapat keridhaan yang besar dari ALLAH SWT; Dan barang siapa berpuasa pada tgl 27 Rajab 1427/Isra Mi’raj ( 30 Juli 2008 ) akan mendapat pahala seperti 5 tahun berpuasa; Barang siapa yang berpuasa dua hari di bulan Rajab akan mendapat kemuliaan di sisi ALLAH SWT; Barang siapa yang berpuasa tiga hari yaitu pada tgl 1, 2, dan 3 Rajab ( 04 ;05 ; 06 JULI 2008 ) maka ALLAH akan memberikan pahala seperti 900 tahun berpuasa dan menyelamatkannya dari bahaya dunia, dan siksa akhirat; Barang siapa berpuasa lima hari dalam bulan ini, insya Allah permintaannya akan dikabulkan; Barang siapa berpuasa tujuh hari dalam bulan ini, maka ditutupkan tujuh pintu neraka Jahanam dan barang siapa berpuasa delapan hari maka akan dibukakan delapan pintu syurga; Barang siapa berpuasa lima belas hari dalam bulan ini, maka ALLAH akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan menggantikan kesemua kejahatannya dengan kebaikan, dan barang siapa yang menambah (hari-hari puasa) maka ALLAH akan menambahkan pahalanya.”
Sabda Rasulullah SAW lagi : “Pada malam Mi’raj, saya melihat sebuah sungai yang airnya lebih manis dari madu, lebih sejuk dari air batu dan lebih harum dari minyak wangi, lalu saya bertanya pada Jibril a.s. : ” Wahai Jibril untuk siapakah sungai ini ? “Maka berkata Jibrilb a.s. : “Ya Muhammad sungai ini adalah untuk orang yang membaca salawat untuk engkau dibulan Rajab ini”.
Dalam sebuah riwayat Tsauban bercerita : “Ketika kami berjalan bersama-sama Rasulullah SAW ke sebuah kubur, lalu Rasulullah berhenti dan beliau menangis dengan amat sedih.” Kemudian Tsauban bertanya : “Ya Rasulullah mengapakah engkau menangis ?” Lalu beliau bersabda : “Wahai Tsauban, mereka itu sedang disiksa dalam kubur nya, dan saya berdoa kepada ALLAH, lalu ALLAH meringankan siksa atas mereka”. Sabda beliau lagi : “Wahai Tsauban, kalaulah sekiranya mereka ini mau berpuasa satu hari dan beribadah satu malam saja di bulan Rajab niscaya mereka tidak akan disiksa di dalam kubur.” Tsauban bertanya : “Ya Rasulullah, apakah hanya berpuasa satu hari dan beribadah satu malam dalam bulan Rajab sudah dapat mengelakkan dari siksakubur ?” Sabda beliau : “Wahai Tsauban, demi ALLAH Zat yang telah mengutus saya sebagai nabi, tiada seorang muslim lelaki dan perempuan yang berpuasa satu hari dan mengerjakan sholat malam sekali dalam bulan Rajab, dengan niat karena ALLAH, kecuali ALLAH mencatatkan baginya seperti berpuasa satu tahun dan mengerjakan sholat malam satu tahun. “Sabda beliau lagi: “Sesungguhnya Rajab adalah bulan ALLAH, Sya’ban Adalah bulan aku dan bulan Ramadhan adalah bulan umatku”. “Semua manusia akan berada dalam keadaan lapar pada hari kiamat, kecuali para nabi, keluarga nabi dan orang-orang yang berpuasa pada bulan Rajab, Sya’ban dan bulan Ramadhan. Maka sesungguhnya mereka kenyang, serta tidak akan merasa lapar dan haus bagi mereka.”
Wassalamu’alaikum wr.wb
Dikirim dari seorang kawan kepada saya. Dan karena ketidak tahuan saya dan keterbatasan yang saya miliki maka Ketika saya googling tentang amalan dibulan Rajab, saya mendapat banyak artikel tentangnya, sayangnya saya pribadi banyak mendapat penjelasan tentang lemahnya hadis-hadis yang menerangkan tentang keutamaan bulan Rajab.
Dua dari lainnya saya kutip dibawah :
Ahmad Sarwat, Lc (eramuslim.com)
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Hak untuk memberikan status hukum pada sebuah hadits memang dimiliki oleh para ahli hadits, dan mereka memang telah memiliki ilmunya, sehingga apa yang mereka katakan tentang suatu hadits tentu tidak bisa dibantah begitu saja.
Kecuali bila dibantah oleh ahli hadits lainnya, yang juga pakar di bidang ilmu hadits dan tentunya ilmunya sebanding.
Dan nampaknya para ahli hadits memang senada ketika menilai hadits-hadits tentang keutamaan bulan Rajab dan Sya’ban. Yaitu umumnya mereka menilai hadits-hadits itu kurang kuat, tidak shahih, lemah bahka ada yang sampai ke tingkat hadits palsu.
Lalu bagaimana sikap kita dalam masalah ini? Bolehkah kita mengamalkan hadits-hadits lemah dan palsu?
Jawabnya boleh dan tidak boleh. Maksudnya, hadits-hadits yang lemah tapi tidak sampai ke tingkat palsu, boleh dikerjakan atau diamalakan. Syaratnya sederhana sekali, yaitu tingkat kelemahannya tidak terlalu parah. Dan isinya tidak menyangkut wilayah aqidah dan hukum halal-haram masalah syariah. Tetapi sekedar masalah fadhailul a’mal.
Ini adalah pendapat sebagian besar ulama termasuk al-Imam An-Nawawi rahimahullah. Menurut kelompok ulama ini, selama hanya terkait dengan fadhilah (keutamaan), ajakan untuk mengerjakan hal-hal yang terkait dengan ibadah tambahan (nafilah), maka boleh bersandar kepada hadits yang derajatnya lemah.
Akan tetapi kalau sudah pada tingkat penetapan halal dan haram, apalagi tingkat tertentu dari masalah aqidah, maka hadits lemah tidak boleh diamalkan.
Namun ada juga sebagian ulama dari kalangan lainnya yang tetap mengharamkan kita untuk mengamalkan hadits lemah, meski hadits itu masyhur. Sebab kelemahan suatu hadits justru menunjukkan bahwa tidak bisa dipastikan bahwa sumbernya dari Rasulullah SAW. Padahal urusan ibadah tidak boleh dilakukan kecuali kalau sumbernya benar-benar 100% dipercaya datang dari Rasulullah SAW.
Maka kesimpulan mereka, haram hukumnya beribadah dengan berdasarkan hadits yang tidak shahih.
Adapun hadits palsu (maudhu’), semua ulama sepakat untuk tidak menerimanya, apalagi mengamalkannya.
Puasa Bulan Rajab dan Sya’ban
Dalam masalah puasa di bulan Rajab dan Sya`ban, kita hanya mendapatkan hadits-hadits shahih atau hasan yang menceritakan bahwa secara umum Rasulullah SAW memang banyak melakukan puasa di kedua bulan tersebut. Karena bulan Rajab termasuk bulan haram, dan puasa di bulan-bulan haram itu maqbul (diterima) dan mustahab (disukai) dalam keadaan apapun.
Namun tidak ada riwayat yang kuat menyebutkan bahwa Rasulullah SAW melakukan puasa sebulan penuh di bulan Rajab atau di bulan Sya`ban.
Sedangkan hadits-hadits yang menceritakan bahwa kalau melakukan shalat ini dan itu di bulan Rajab maka mendapat ganjaran ini dan itu, atau siapa yang beristighfar akan mendapat ganjaran tertentu, umumnya bukanlah hadits yang kuat, bahkan kebanyakannya adalah hadits dhaif dan mungkar.
Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Syariahonline.com
Assalamu alaikum wr.wb.
Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram . Itulah agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa (QS. At-Taubah : 36 )
Artinya, kehormatan dan kesucian bulan terus harus diperhatikan. Amal kebaikan yang dilakukan pada bulan-bulan tersebut memiliki nilai yang lebih besar daripada jika dilakukan pada bulan-bulan yang lain. Sebaliknya, amal-amal keburukan yang dilakukan pada bulan-bulan tersebut juga lebih dimurkai ketimbang jika dilakukan pada bulan-bulan lain.
Adapun dalil-dalil yang menerangkan tentang keutamaan puasa pada tanggal-tanggal tertentu di bulan Rajab pada umumnya adalah dhaif bahkan maudhu (palsu). Dengan demikian tidak bisa dijadikan sebagai landasan amal.
Ibnu Hajar Al-Asqolani berkata: “Tidak ada satu keterangan pun yang menjelaskan keutamaan bulan Rajab, tidak juga berkaitan dengan shaumnya, atau pun berkaitan dengan sholat malam yang dikhususkan pada bulan tersebut. Yang merupakan hadis shohih yang dapat dijadikan hujjah” (Risalah Tabiyinul Ajab hal. 3)
Jadi, cukuplah firman Allah di atas dan nash lain yang shahih menjadi landasan bahwa ibadah di bulan Rajab memiliki nilai yang sangat tinggi.
Wassalamu alaikum wr.wb
Semoga ada manfaat bagi diri Saya pribadi khususnya.

Minggu, 10 Juli 2011

Persiapan Menyambut Ramadhan

Kita sudah memasuki bulan Rajab. Artinya, dua bulan lagi kita masuk ke bulan Ramadhan. Rajab termasuk bulan haram, yakni bulan yang dimuliakan Allah SWT.
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah 12 bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” (QS. At-Taubah:36).
“Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah, dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadil (Akhir) dan Sya’ban.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Menurut Ibnu ‘Abbas, melakukan maksiat pada bulan–bulan tersebut dosanya akan lebih besar dan amalan saleh (kebaikan) yang dilakukan akan menuai pahala yang lebih banyak.
Menurut jumhur ulama, tidak ada shalat khusus pada bulan Rajab, juga tidak ada puasa khusus, karena tidak ada tuntunan dari Nabi Saw. Dalam  Majmu’ Al Fatawa disebutkan:
“Melakukan puasa khusus di bulan Rajab, maka sebenarnya itu semua adalah berdasarkan hadits yang seluruhnya lemah (dho’if), bahkan maudhu’ (palsu). Para ulama tidak pernah menjadikan hadits-hadits itu sebagai sandaran. Bahkan, hadits-hadits yang menjelaskan keutamaannya adalah hadits yang maudhu’ (palsu) dan dusta.”(Majmu’ Al-Fatawa, 25/290-291).
Banyak tersebar di tengah-tengah kaum muslimin sebuah riwayat dari Anas bin Malik. Beliau mengatakan, “Ketika tiba bulan Rajab, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mengucapkan, “Allahumma baarik lanaa fii Rojab wa Sya’ban wa ballignaa Romadhon [Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban dan perjumpakanlah kami dengan bulan Ramadhan]“.”
Hadits itu dikeluarkan oleh Ahmad dalam musnadnya, Ibnu Suniy dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah. Namun perlu diketahui bahwa hadits ini adalah hadits yang lemah (hadits dho’if) karena di dalamnya ada perowi yang bernama Zaidah bin Abi Ar Ruqod. Zaidah adalah munkarul hadits (banyak keliru dalam meriwayatkan hadits) sehingga hadits ini termasuk hadits dho’if. Hadits ini dikatakan dho’if (lemah) oleh Ibnu Rajab dalam Lathoif Ma’arif (218), Syaikh Al Albani dalam tahqiq Misykatul Mashobih (1369), dan Syaikh Syu’aib Al Arnauth dalam Takhrij Musnad Imam Ahmad.
Ada sejumlah amalan yang biasa dilakukan pada bulan Rajab, namun tidak ada dalil dan tuntunannya dari Nabi Saw. Amaliahnya hanya bersandar hadits lemah bahkan palsu, seperti yang mereka sebut sebagai Shalat Alfiyah,  Shalat Umi Dawud, Shalat Raghaib (Shalat Itsna ‘Asyariyah), puasa sunnah khusus bulan Rajab (selain puasa sunnah Senin-Kamis atau Puasa Dawud).
Ihwal peringatan Isra’ Mi’raj pada malam 27 Rajab, sejauh ini tidak ada dalil sahih yang menentukan malam tersebut, begitu juga bulannya. Setiap hadits yang menentukan waktu terjadinya malam tersebut adalah hadits lemah menurut para ulama hadits.
Sekiranya ada dalil sahih yang menentukan waktu terjadinya Isra’ Mi’raj, maka tidak boleh bagi kaum muslimin mengkhususkannya dengan ibadah-ibadah tertentu yang tidak pernah disyariatkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Menurut Syaikh Abdul Aziz bin Bazz, tidak ada hadits shahih yang menentukan pasti (waktunya) malam Isra’ Mi’raj, apakah di bulan Rajab atau selainnya. Setiap riwayat yang menentukan waktu terjadinya malam tersebut adalah lemah menurut para ulama hadits.
Jadi, apa yang harus dilakukan? Karena tidak ada petunjuk khusus dari Nabi Saw yang sahih (tidak ada shalat, puasa, atau amalah khusus untuk bulan Rajab dengan dalil yang sahih), maka sebaiknya setiap Muslim beramal secara umum saja, yakni meningkatkan iman dan amal kebaikan, sekaligus persiapan mental-spiritual dan persiapan program-program ”mendirikan” bulan Ramadhan (qoma Ramadhan). Wallahu a’lam bish-shawab. (Abu Faiz, dari berbagai sumber, termasuk Kitab Shahih Bukhari dan Muslim).*

Beberapa Keistimewaan Bulan Rajab

Beberapa Keistimewaan Bulan Rajab – Sahabat Pustakers sekalian, khususnya yang beragama Muslim, syukur alhamdulillah, Karena atas nikmat-Nya jualah sehingga kita bisa dipertemukan kembali dengan bulan yang berkah ini, Bulan Rajab. Beberapa keisitimewaan Bulan Rajab. Bulan Rajab merupakan penanggalan Hijriyah, Bulan Rajab adalah bulan ke- 7 pada penanggalan Hijriyah ini. Dalam hadist Rasulullah SAW, ada beberapa poit tentang keisitmewaan bulan Rajab, dan inilah beberapa point keistimewannya tersebut:
  1. Hendaklah kamu memuliakan bulan Rajab, niscaya Allah memuliakan kamu dengan seribu kemuliaan di hari Qiamat.
  2. Kelebihan bulan Rajab dari segala bulan ialah seperti kelebihan Al-Quran keatas semua kalam (perkataan).
  3. Puasa sehari dalam bulan Rajab seumpama puasa empat puluh tahun dan diberi minum air dari syurga.
    keistimewaan Bulan Rajab
  4. Bulan Rajab Syahrullah (bulan Allah), diampunkan dosa orang-orang yang meminta ampun dan bertaubat kepada-Nya. Puasa dalam bulan Rajab, wajib bagi yang ber puasa itua.Diampunkan dosa-dosanya yang lalu. Dipelihara Allah umurnya yang tinggal.Terlepas daripada dahaga di akhirat.
  5. Puasa pada awal Rajab, pertengahannya dan pada akhirnya, seperti puasa sebulan pahalanya.
  6. Siapa bersedekah dalam bulan Rajab, seperti bersedekah seribu dinar,dituliskan kepadanya pada setiap helai bulu roma jasadnya seribu kebajikan, diangkat seribu derjat, dihapus seribu kejahatan - “Dan barang siapa berpuasa pada tgl 27 Rajab/ Isra Mi’raj akan mendapat pahala seperti 5 tahun berpuasa.”
  7. Bulan Rajab bulan Allah, bulan Sya’ban bulanku, dan bulan Ramadhan bulan umatku.
  8. Kemuliaan Rajab dengan malam Isra’ Mi’rajnya, Sya’ban dengan malam nisfunya dan Ramadhan dengan Lailatul-Qadarnya.
  9. Puasa sehari dalam bulan Rajab mendapat syurga yang tertinggi (Firdaus).Puasa dua hari dilipatgandakan pahalanya.
  10. Puasa 3 hari pada bulan Rajab, dijadikan parit yang panjang yang menghalangnya ke neraka (panjangnya setahun perjalanan).
  11. Puasa 7 hari pada bulan Rajab, ditutup daripadanya 7 pintu neraka.
  12. Puasa 16 hari pada bulan Rajab akan dapat melihat wajah Allah di dalam syurga, dan menjadi orang yang pertama menziarahi Allah dalam syurga.
Demikianlah Beberapa keistimewaan bulan rajab, semoga kita sebagai ummat Islam memanfaatkannya, dan menjadi ummat yang terpilih dari ummat-ummat lainnya, Amien. [ps]